
Suatu sore yang cerah. Pasutri ini asik duduk di bangku taman. Menikmati jajanan jalanan, sebungkus sempol goreng, dan jagung serut yang ditaburi parutan keju yang lumer. Sambil menikmati pemandangan mentari yang bersiap untuk ganti sift dengan sang rembulan. Serta ngawasin si kecil yang tampak bahagia berlari kesana-kemari mengelilingi taman kota yang asri ini. Kemudian, obrolan pun mulai terjadi :
Istri : Cin. Aku sudah lama pingin sharing hal ini sama kamu. Cuma aku masih pingin nemu jawabannya sendiri.
Suami : Cerita apa sayang ?
I: Beberapa bulan ini, setiap aku posting sesuatu. Khususnya yang berkaitan denganku. Misalnya aku posting tentang bisnis kita, atau aku posting pas aku sedang ada dimana, atau pas aku posting foto kita. Ada beberapa orang yang selalu coment dengan nada yang nyinyir. Emang gak semua sih, hanya sebagian sangat kecil aja yang gitu.
S: Lalu ?
I: Awalnya sih aku ngerasa terganggu dengan coment mereka. Kok mesti dibilang “sombong” lah, dibilang “pamer” lah, dibilang “gitu aja diposting”, dan macam-macam lagi. Bete gak sih ?! Coba kalau kamu yang digituin. Sumpeg ga?
S: Terus ?
I: Ya lama-lama ku cuekin aja. Meskipun sampai sekarang masih suka gitu.
S: Itu teman sosmedmu, kamu kenal atau enggak ?
I: Ada yang kenal, dan ada yang enggak.
S: Ya wis. Bagaimana kalau misalnya dia teman gak kenal, atau kenal tapi hanya sekedarnya, delcon aja.
Kalau dia teman atau bahkan mungkin saudara, cuekin aja postingnya.
I: Gitu ya.
S: Iya. Apalagi kan teman-teman di sosmed tu beraneka ragam. Anggap saja ada dua kelompok. Kelompok orang-orang yang berfikir positif, dan kelompok orang yang berfikir negatif.
Kalau orang-orang yang berfikir positif, biasanya kalau kamu posting tentang kesuksesan, atau tentang liburan, tentang apapun. Maka dia akan kasih “like”, atau bahkan coment yang kurang lebih ngomongnya gini : “wah asik ya”, “keren”, “sukses ya”, “semoga aku cepat nyusul”, dan lain-lainnya. Diapun suka posting hal-hal yang memberi semangat, bahagia, humor, dan macam-macam yang bikin teman lain yang baca postingnya jadi adem, senang, bahagia, dan terinspirasi.
Adakah teman sosmed mu yang begitu ?
I: Ada banyak banget.
S: Sip. Berarti wall mu akan bikin kamu sehat mental.
Nah…. Beda lagi kalau kelompok orang-orang yang berfikir negatif. Misalnya kalau kamu posting tentang kesuksesan, atau pas kamu liburan, maka dia akan iri. Sehingga komentarnyapun nyinyir ke kamu. Dia pun suka posting status mengeluh, meratap, menghujat, bahkan sampai sarkasme.
Kamu punya teman sosmed yang begini ?
I: Ya ada. Itu yang kumaksud sebetulnya. Hehehe…
S: Itulah. Kamu nggak bakalan bisa merubah karakter mereka. Yang bisa kamu lakukan adalah mengendalikan pikiranmu. Kalau kamu cuekin teman-teman sosmedmu yang negatif, maka kamu sama dengan sudah melindungi pikiranmu dari racun infomrasi. Pikiranmu jadi sehat, hatimu tetap bahagia, dan fisikmu selalu bugar.
I: Iya ya. Kalau direnungkan, bener juga sih.
Kalau aku amati, teman sosmed yang aku kenal, hidupnya ya seperti postingnya dia. Yang berfikir positif hidupnya punya progress yang bagus. Sedangkan yang berfikir negatif, hidupnya ya stag disitu-situ aja.
S: Dengan begini kan kita bisa saling ngingetin. Eeee… kali aja ada salah satu dari kita yang lupa, termakan emosi oleh posting atau coment teman sosmed yang negatif, kita bisa langsung netralisir. Jangan sampai keruwetan wall di sosmed dibawa kerumah.
I: Hehehe… Terimakasih ya sayang, dah ngingetin.
Langitpun semakin gelap. Si kecil pun mulai garuk-garuk dijilatin nyamuk yang keluar hanya sore hari.
Dan keluarga happy inipun beranjak pulang. Dan melanjutkan kemesraan di rumah.
Selesai